Selasa, 26 November 2013

Puluha Kesenian Tradisional Indonesia Terancam Punah

Nasib kesenian-kesenian tradisional di sejumlah daerah bagai kerakap tumbuh di batu, hidup segan mati tak mau. Ada kesenian tradisional yang sudah sangat jarang dipentaskan dan terancam punah. Upaya revitalisasi kesenian tradisional itu pun terkendana pendanaan. Namun, bagi daerah yang peduli, kesenian tradisional tetap hidup dan berkembang sejalan dengan kemajuan zaman.
Demikian benang merah yang mengemuka dalam perbincangan Kompas dengan Kepala Taman Budaya Provinsi Sumbar Asnam Rasyid, Seni man Tradisional dan Komite Tradisional Dewan Kesenian Lampung Syafril Yamin (atau lebih dikenal dengan nama Lil Cetik), yang dihubungi terpisah di Padang dan Bandarlampung, Jumat (24/4). Sebelumnya , Ketua Forum Taman Budaya se-Indonesia Hj Ikke Dewi Sartika, juga memberikan pernyataan di Padang.
Asnam Rasyid mengakui, di Sumatera Barat banyak kesenian tradisional yang terancam punah, karena tidak ada regenerasi, jarang dipertunjukkan, dan juga karena pelaku-pelakunya sebagian sudah uzur dan meninggal. Kondisi ini mencemaskan. Taman Budaya sebagai unit pelaksana teknis dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, tidak mempunyai anggaran untuk penelitian, pembinaan, dan revitalisasi . Dulu, hal itu memang menjadi tanggung jawab Taman Budaya, tapi sekarang tidak, tandasnya.
Ia menyebutkan, kesenian tradisional di Sumbar yang terancam punah itu antara lain Talempong Ungan, Gandai, dan Tupai Janjang. Jika dulu Taman Budaya dikondisikan sebagai laboratorium, pendokumentasian, dan etalase untuk menjaga ketahanan budaya, maka di masa pemerintahan sekarang, Taman Budaya hanya sebagai etalase budaya, jelas Asnam Rasyid.
Ikke Dewi Sartika juga mengungkapkan hal senada. Di daerah Jawa Barat saja, sedikitnya terdapat 43 kesenian tradisional yang hamper punah. Dari jumlah itu, b aru dua jenis kesenian yang bisa direvitalisasi, yaitu Gendang Gugun dan Angklung Badun. Karena banyak kesenian tradisional di daerah terancam punah, pemerintah harus mendukung revitalisasi kesenian tradisional, u jarnya, pada Rakor Kepala Taman Budaya se- Indonesia, di Padang, beberapa waktu lalu.
Menurut Ikke, terancam punahnya kesenian tradisional disebabkan pengaruh globalisasi. Padahal, selain ancaman, globalisasi sebenarnya bisa menjadi tantangan untuk mempertahankan dan mengembangkan kesenian yang ada. Buktinya, kesenian Jaipong bisa mengglobal.
Sementara itu, di Lampung, karena gubernur (ketika itu Sjachruddin ZP) peduli dengan kesenian daerah Lampung, kemajuan yang dicapai kesenian tradisional sangat berarti. Maju-mundurnya kesenian tradisional di daerah, tergantung kebijakan pemerintah, baik gubernur maupun wali kota/bupati. Semasa Sjachruddin ZP jadi gubernur, karena ia orang pribumi Lampung , perhatiannya bagus, sehingga kesenian daerah berkembang baik. Seperti Sastra Tutur, Musik Gamolan Pekhing, dan Warahan, berkembang dengan baik, kata Syafril Yamin.
Namun, ke depan mungkin saja nasibnya tak jelas. Karena dengan gubernur yang sekarang, anggaran untuk Dewan Kesenian Lampung sebesar Rp300 juta, masih belum cair, padahal sudah masuk triwulan kedua. Jika dana tak segera cair, mungkin saja terjadi kemunduran lagi, tambahnya.

BEBERAPA BUDAYA BALI YANG SUDAH HILANG

a)     Arsitektur Rumah Bali yang Hilang

Dari jaman dahulu para undagi Bali sangat ketat dan taat mengikuti aturan atau pakem dalam mendirikan bangunan, sehingga aturan pembangunan di Bali seperti dikenal dalam rontal Asta Kosala Kosali atau Asta Petali. Undagi jaman dahulu tidak berani keluar dari konsep yang telah digariskan oleh para leluhurnya, sehingga dikenal adanya konsep tata ruang Tri Loka atau Tri Angga, yakni membagi areal hunian menjadi tiga yaitu nista, madya dan utama atau bhur,bwah dan swah yang akhirnya menjadi konsep Tri Hita Karana dan akhirnya melahirkan konsep orientasi kosmologi yang disebut Nawa Sanga atau Sanga Mandala, hingga konsep keseimbangan kosmologi yang disebut Manik Ring Cucupu.
Pembangunan selalu selaras dengan alam sekelilingnya dengan memperhatikan faktor lingkungan. Di jaman dahulu orang menggunakan sikut, sehingga bangunan yang akan dibuat sesuai dengan proporsi pemiliknya, menjadi nyaman dan menyenangkan, karena selalu memperhatikan ruang terbuka yang di sebut natah dan adanya pengaturan waktu dalam penyediaan bahan bangunan, sehingga keseimbangan dan kelestarian alam tetap terjaga.
Mungkin suatu saat nanti, semua ajaran adi luhung leluhur tentang arsitektur akan menjadi suatu sejarah, karena sudah tidak ada yang mengikuti, sudah kuno atau sudah ketinggalan jaman. Semua bangunan pada jaman ini dibuat secara praktis, ekonomis dan kalau seandainya bisa, mengerjakan bangunan ingin dapat diselesaikan dalam waktu semalam. Pengerjaan bangunan tanpa memandang lagi pakem yang sudah pernah ada, semua dihantam rata. Tidak perlu mencari hari baik untuk memulai pekerjaan, apalagi untuk mencari bahan bangunan. Arsitektur bangunan sudah tidak mencerminkan Bali, terutama di pusat kota. Kalaupun harus bercirikan Bali, akan terlihat beberapa tempelan hiasan Bali dibeberapa sudut bangunan yang berkesan terlalu dipaksakan. Kalaupun Bali masih peduli dan ingin untuk melestarikan budaya dan arsitekturnya, tentulah tidak terlambat. Masih dapat diselamatkan, terutama jika ada niat dan tekad yang kuat dari orang Bali itu sendiri dan juga Pemerintah Daerah sebagai badan yang memiliki wewenang kontrol dapat melakukan pekerjaannya dengan konsekuen. Arsitektur Bali dan para undagi selayaknya juga menyediakan bentuk dan design rumah sederhana bercirikan Bali, menyediakan ragam gambar yang banyak, sehingga masyarakat dapat menirunya atau memperoleh ilham dan ide ketika mereka membangun.
Kalau mau jujur,masyarakat kebanyakan tidak mengerti tentang apa yang dimaksud dengan arsitektur Bali, apakah menyangkut bentuk atap, bentuk bangunan, hiasan ornamen atau bahan bangunan yang dipergunakan. Seandainya orang Bali sudah tidak berminat lagi untuk mempergunakan arsitektur Bali, maka Bali akan menjadi asing di tanahnya sendiri. Karena perkembangan jaman dan perkembangan manusia, bangunan bertingkat tinggi akan segera merambah Bali. Kalau bangunan tingkat tinggi sudah merupakan suatu keharusan, karena menyelamatkan lahan dan menyikapi harga tanah yang mahal, maka Bali tidak ada bedanya dengan kota besar lainnya dan akan berubah menjadi kota metropolitan. Memang akan sangat disayangkan, namun itulah kenyataannya. Arsitektur Bali yang tersisa mungkin hanya terdapat pada bangunan Pura yang tetap bertahan selaras dengan perkembangan agama Hindu di Bali.
(b)     Penggak” Orang Bali yang Hilang
Dahulu orang Bali dipedesaan mengenal istilah penggak, penggak merupakan sebuah tempat seperti Warung dan "posko" sekarang yang berada di pojokan Banjar. Penggak merupakan sebuah wadah informal yang biasa dipakai oleh masyarakat untuk berdiskusi dan melakukan kegiatan sebelum melaksanakan rapat di Banjar. Biasanya dari penggak ini muncul ide-ide baru yang akan dibicarakan pada rapat Banjar. Wadah seperti itu sudah beralih menjadi Posko partai politik yang memanfaatkan Penggak sebagai pencarian "Masa /pendukung". Penggak sekarang sudah hilang. hilang fungsi utama, dan hilang juga kreativitas didalamnya untuk memunculkan ide-ide baru.
b. Contoh budaya Bali yang sudah rapuh, yaitu:
(a)     Eksistensi Desa Adat Di Bali Rapuh
Eksistensi dan implementasi desa pakraman atau desa adat di Bali kini terancam rapuh, ditandai banyaknya kasus atau konflik adat, seperti pertikaian kelompok warga antarbanjar atau dusun dalam satu desa maupun dengan desa lainnya."Banyaknya kasus adat seperti yang terjadi di Desa Pakudui, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar, merupakan bukti rapuhnya eksistensi desa pakraman," kata Plt Bendesa Agung Desa Pakraman Dewa Gede Ngurah Suasta. Konflik memuncak ketika prosesi pengusungan jenazah seorang warga Banjar Pakudui Kangin, dihadang oleh warga Banjar Pakudui Kauh. Menurut Ngurah Suasta, keberadaan desa pakraman rapuh saat dasar desa adat itu, yakni ajaran agama Hindu, mulai banyak dilupakan oleh masyarakatnya. "Warga banyak yang mulai tidak patuh menjalankan ajaran yang seharusnya menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari," ujarnya.
(b)     Eksistensi Subak di Bali Rapuh
Subak sedang menghadapi bermacam tantangan, lebih-lebih dalam menyongsong era globalisasi yang jika tidak teratasi maka kelangsungan hidup subak bias terancam. Tantangan-tantangan tersebut antara lain:
1)      Persaingan dalam pemasaran hasil-hasil pertanian yang semakin tajam.
Akan tiba saatnya bahwa Indonesia harus terbuka terhadap masuknya komoditi pertanian yang diproduksi di luar negari. Sektor pertanian pun mau tidak mau harus terbuka untuk investasi asing dan dituntut agar mampu bertahan pada kondisi persaingan bebas tanpa subsidi dari pemerintah. Malahan sekarang saja pasar-pasar swalayan di beberapa kota besar termasuk Denpasar sudah mulai kebanjiran produk-produk pertanian seperti buah-buahan, sayur-sayuran dan daging yang dihasilkan petani negara asing yang dapat menggeser kedudukan produksi pertanian yang dihasilkan oleh petani-petani negeri kita sendiri. Untuk mampu bersaing dalam pasar ekonomi global maka mutu hasil –hasil pertanian kita perlu ditingkatkan. Ini berarti bahwa mutu sumberdaya manusia termasuk para petani produsen perlu terus ditingkatkan agar menjadi lebih profesional, efisien dan mampu menguasai serta memanfaatkan teknologi. Para petani anggota subak selama ini masih bertindak sendiri-sendiri secara individual dalam berusahatani. Padahal, mereka tergolong petani gurem dengan luas garapan yang sempit, permodalan yang terbatas dan posisi tawar yang sangat lemah. Mereka belum memanfaatkan kelembagaan subak sebagai wadah bersama untuk melakukan kegiatan usahatani yang lebih berorientasi agribisnis. Dalam menghadapi persaingan yang semakin tajam maka seharusnya para petani bersatu melalui suatu wadah yang sudah ada yaitu subak dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang lebih berorientasi agribisnis bukan sekedar menggunakan wadah subak itu hanya untuk tujuan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi.
2)      Menciutnya areal persawahan beririgasi akibat alih fungsi.
Salah satu tantangan yang dihadapi subak adalah menciutnya lahan sawah beririgasi sebagai akibat adanya alih fungsi untuk kegiatan non-pertanian. Di Bali dalam beberapa tahun belakangan ini areal persawahan yang telah beralih fungsi diduga mencapai 1000 ha per tahun. Penciutan areal sawah ini sungguh pesat, lebih-lebih di lokasi yang dekat kota karena dipicu oleh harga yang cenderung membubung tinggi. Nampaknya petani pemilik sawah di daerah sekeliling kota cenderung tergoda oleh tawaran harga tanah yang tinggi. Sebab, jika dibandingkan dengan mengusahakan sendiri untuk usahatani hasilnya sungguh tidak seimbang. Petani mungkin lebih memilih mendepositokan uang hasil penjualan tanahnya itu di bank dan tinggal menerima bunganya tiap bulan yang bisa jadi jauh lebih besar dibandingkan dengan hasil usahataninya. Andaikata penyusutan areal persawahan di Bali berlanjut terus separti sekarang ini dikhawatirkan organisasi subak akan terancam punah. Jika subak hilang apakah kebudayaan Bali dapat bertahan karena diyakini bahwa subak bersama lembaga sosial tradisional lainnya seperti banjar dan desa adat merupakan tulang punggung kebudayaan Bali. Dalam kaitan ini para petani anggota subak perlu dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut masalah pengalih fungsian lahan sawah yang berada dalam wilayah subak mereka.
3)        Ketersediaan air semakin terbatas.
Meningkatnya pendapatan masyarakat dan jumlah penduduk serta pembangunan di segala bidang terutama pemukiman dan industri pariwisata di Bali menuntut terpenuhinya kebutuhan air yang terus meningkat baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Ini mengisyaratkan bahwa air menjadi sumber daya yang semakin langka. Persaingan yang menjurus ke arah konflik kepentingan dalam pemanfaatannya antara berbagai sektor terutama sektor pertanian dan non pertanian cenderung meningkat di masa-masa mendatang. Belum adanya hak penguasaan air yang dimiliki oleh para pengguna merupakan salah satu sebab pemicu konflik pemanfaatan air. Hal ini dapat dimengerti karena air yang selama ini dimanfaatkan lebih banyak untuk pertanian, sekarang dan di masa depan harus dialokasikan juga ke sektor non pertanian. Mengingat air menjadi semakin langka maka para petani anggota subak dituntut untuk mampu mengelola air secara lebih efisien dan demikian pula para pemakai air lainnya agar mampu mengembangkan budaya hemat air.
4)        Kerusakan lingkungan khususnya pencemaran sumber daya air.
Di beberapa tempat telah muncul keluhan-keluhan dari masyarakat petani tentang adanya pencemaran lingkungan khususnya sumberdaya air pada sungai dan saluran irigasi akibat adanya limbah industri dan limbah dari hotel serta pemukiman. Kecenderungan menurunnya kualitas air ini akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah industry yang mengeluarkan limbah beracun yang disalurkan melalui sungai maupun saluran irigasi. Dalam kaitan ini subak dituntut untuk mampu berperan aktif dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan.
5)      Penyerahan kembali tanggung jawab pengelolaan jaringan irigasi kepada petani.
Karena semakin terbatasnya kemampuan pemerintah baik dari segi personil maupun pendanaan untuk melakukan kegiatan operasi dan pemeliharaan (OP) jaringan irigasi, maka pemerintah telah mengambil seperangkat kebijaksanaan yang pada dasarnya memberikan tanggung jawab pengelolaan jaringan irigasi kepada para petani yang tergabung dalam P3A/subak. Untuk jaringan irigasi di atas 500 ha para petani diwajibkan membayar Iuran Pelayanan Irigasi (IPAIR). Sedangkan untuk yang di bawah 500 ha diserahkan sepenuhnya kepada P3A/subak melalui program Penyerahan Irigasi Kecil (PIK). Adanya tuntutan finansial akibat tanggung jawab memikul beban OP jaringan irigasi maka subak seharusnya mampu meningkatkan kesejahteraan anggotanya melalui berbagai kegiatan pengumpulan dana bersama. Misalnya, dengan memanfaatkan lembaga subak sebagai wahana untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang berorientasi ekonomi/ agribisnis.
6)        Berkurangnya minat pemuda untuk bekerja sebagai petani.
Ada kecenderungan bahwa berusahatani di sawah dianggap tidak lagi dapat mendukung peningkatan kesejahteraan petani dibandingkan dengan bekerja di sektor industry dan jasa khususnya yang berkaitan dengan pariwisata. Hal ini disebabkan karena sempitnya luas tanah garapan dan rendahnya nilai tukar petani. Bekerja di luar sektor pertanian cenderung lebih menarik dibandingkan jadi petani yang serba bergelimang lumpur dan penuh resiko akibat kegagalan panen dan fluktuasi harga. Dapat dimengerti kalau pemuda-pemuda desa dari keluarga petani cenderung meninggalkan orang tua mereka dan pergi ke kota mencoba mencari pekerjaan yang lebih bergengsi. Dapat diduga pula bahwa dalam beberapa tahun mendatang yang tinggal di daerah pedesaan bekerja sebagai petani adalah orang-orang yang sudah berusia lanjut yang tentunya kurang produktif lagi. Kecenderungan ini kiranya dapat berimplikasi negatif terhadap kehidupan subak itu sendiri. Subak sebagai organisasi petani dituntut untuk mampu menciptakan kondisi yang dapat menarik kaum muda untuk bekerja sebagai petani modern dan profesional.
7)        Kesenian Gambuh Dikhawatirkan Rapuh/Punah
Berbagai upaya dilakukan dalam mengembangkan dan melestarikan kesenian Bali, namun sejumlah tarian masa kuno dikhawatirkan punah karena tidak ada generasi penerus yang mewarisinya. “Kesenian gambuh misalnya, selain senimannya sudah sangat langka, pementasannya juga kurang menarik generasi muda masa kini,” kata Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, I Nyoman Carita SST, MFA di Denpasar, Kamis. Alumnus Program S-2 Bidang Studi Koreografi University Of California Los Angeles (UCLA), Amerika Serikat itu mengatakan, pihaknya sedang melakukan revitalisasi tari gambuh bersama seorang tokoh seniman di kampung kelahirannya Desa Singapadu, Kabupaten Gianyar. Tari Gambuh yang menjadi inspirasi dan sumber gerak tari Bali lewat proses revitalisasi bersama seorang tokoh seniman setempat I Ketut Muji (64), diharapkan mampu menyiasati dalam mengkolaborasikan dengan unsur seni lain. Upaya itu diharapkan mampu menciptakan gerakan-gerakan tari yang bermutu, dengan tetap memegang teguh nilai-nilai tradisi dalam kesenian Bali. Kesenian gambuh, sumber dari semua gerak dan tari Bali, dengan kemasan yang baru dalam pertunjukan drama tari hasil revitalisasi diharapkan mampu menarik minat anak-anak muda, sekaligus menjawab kekhawatiran akan punahnya jenis kesenian masa lampau tersebut. Hasil revitalisasi tersebut dengan tetap dalam kemasan yang sarat dengan seni budaya Bali, namun penyuguhannya lebih menarik bagi masyarakat penonton, termasuk wisatawan maupun masyarakat internasional.

Budaya Betawi

Suku Betawi terdiri dari beberapa etnis yang bergabung dalam satu daerah sehingga membentuk kebudayaan sendiri yaitu Budaya Betawi. Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa, Arab, Bali, Sumbawa, Ambon, Melayu dan Tionghoa. Dengan semakin beragamnya etnis di Betawi, maka setiap etnis biasanya mempengaruhi setiap perayaan etnis Betawi. Seperti budaya penyalaan petasan, Lenong, Cokek, hingga pakaian pernikahan adat Betawi yang didominasi warna merah, itu semua dipengaruhi kuat oleh budaya Tionghoa.Kemudian etnis Arab sangat mempengaruhi musik gambus dalam warna musik marawis dan Tanjidor. Tanjidor sendiri adalah perpaduan budaya Eropa, Cina, Melayu dan Arab. Sementara di kampung Tugu terkenal dengan budaya keroncong yang bersal dari Portugis.Salah satu musik khas dari kesenian Betawi yang paling terkenal adalah Gambang Kromong, dimana dalam setiap kesempatan perihal Betawi, Gambang Kromong selalu menjadi tempat yang paling utama. Hampir setiap pemberitaan yang ditayangkan di televisi, Gambang Kromong selalu menjadi ilustrasi musiknya.

dan masih banyak lagi budaya betawi anrata lain :
- Lenong
- Ondel-ondel
- Tari Japin
- Tari Cokek Betawi
- Tari Topeng betawi
- Tari Lenggang Nyai
- Gambang Kromong

Seni dan Budaya Betawi

Gambang Kromong
Kesenian musik ini merupakan perpaduan dari kesenian musik setempat dengan Cina. Hal ini dapat dilihat dari instrumen musik yang digunakan, seperti alat musik gesek dari Cina yang bernama Kongahyan, Tehyan dan Sukong. Sementara alat musik Betawi antara lain; gambang, kromong, kemor, kecrek, gendang kempul dan gong. Kesenian Gambang Kromong berkembang pada abad 18, khususnya di sekitaran daerah Tangerang. Bermula dari sekelompok grup musik yang dimainkan oleh beberapa orang pekerja pribumi di perkebunan milik Nie Hu Kong yang berkolaborasi dengan dua orang wanita perantauan Cina yang baru tiba dengan membawa Tehyan dan Kongahyan.Pada awalnya lagu-lagu yang dimainkan adalah lagu-lagu Cina, pada istilah sekarang lagu-lagu klasik semacam ini disebut Phobin. Lagu Gambang Kromong muatan lokal yang masih kental unsur klasiknya bisa didengarkan lewat lagu Jali-Jali Bunga Siantan, Cente Manis, dan Renggong Buyut. Pada tahun 70an Gambang Kromong sempat terdongkrak keberadaannya lewat sentuhan kreativitas "Panjak" Betawi legendaris "Si Macan Kemayoran", Almarhum H. Benyamin Syueb bin Ji'ung. Dengan sentuhan berbagai aliran musik yang ada, jadilah Gambang Kromong seperti yang kita dengar sekarang. Hampir di tiap hajatan atau "kriya'an" yang ada di tiap kampung Betawi, mencantumkan Gambang Kromong sebagai menu hidangan musik yanh paling utama. Seniman Gambang Kromong yang dikenal selain H. Benyamin Syueb adalah Nirin Kumpul, H. Jayadi dan bapak Nya'at.

Selasa, 12 November 2013

Beberapa contoh Kebudayaan Daerah di Indonesia

Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945.Seluruh kebudayaan daerah yang berasal dari kebudayaan beraneka ragam suku-suku di Indonesia merupakan bagian integral daripada kebudayaan Indonesia.Kebudayaan Indonesia walau beraneka ragam, namun pada dasarnya terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India dan kebudayaan Arab. Kebudayaan India terutama masuk dari penyebaran agama Hindu dan Buddha di Nusantara jauh sebelum Indonesia terbentuk. Kerajaan-kerajaan yang bernafaskan agama Hindu dan Budha sempat mendominasi Nusantara pada abad ke-5 M ditandai dengan berdirinya kerajaan tertua di Nusantara, Kutai, sampai pada penghujung abad ke-15 Masehi.
Kebudayaan daerah di Indonesia tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda.
Dibawah ini beberapa contoh dari kebudayaan daerah di Indonesia :

1.Sumatera barat (Padang)
- Rumah adat : Rumah gadang


- Tarian adat : Tari Piring


- Alat Musik : Saluang



2.Jawa Tengah
- Rumah Adat :


- Tarian Adat : Tari Bedaya


- Alat Musik : Gamelan



3.DKI Jakarta
- Rumah Adat : Rumah adat Betawi


- Tarian Adat : Yapong


- Alat Musik : Tanjidor

PERKEMBANGAN BUDAYA DI INDONESIA

Seperti yang kita ketahui, perkembangan budaya indonesia salalu saja naik dan turun. Pada awalnya, indonesia sangat banyak mempunyai peninggalan budaya dari nenek moyang kita terdahulu, hal seperti itulah yang harus dibanggakan oleh penduduk indonesia sendiri, tetapi sekarang-sekarang ini budaya indonesia agak menurun dari sosialisasi penduduk kini telah banyak yang melupakan apa itu budaya Indonesia. Semakin majunya arus globalisasi rasa cinta terhadap budaya semakin berkurang, dan ini sangat berdampak tidak baik bagi masyarakat asli Indonesia. Terlalu banyaknya kehidupan asing yang masuk ke Indonesia, masyarakat kini telah berkembang menjadi masyarakat modern.. namun akhir-akhir ini indonesia semakin gencar membudidayakan sebagian budaya indonesia, buktinya, masyarakat luar lebih mengenal budaya indonesia dibandingkan masyarakat indonesia.
Sebagai contoh adalah batik hasil dari budaya indonesia, batik tersebut belakangan ini termasuk bahan-bahan yang diminati oleh masyarakat luar. Muncul trend ini dikarenakan batik telah diresmikan bahwa batik tersebut telah ditetapkan oleh UNESCO pada hari jumat tanggal 02 oktober 2009 sebagai warisan budaya indonesia, dan hari itulah ditetapkannya sebagai hari batik nasional.
Ada sejumlah kekuatan yang mendorong terjadinya perkembangan sosial budaya masyarakat Indonesia. Secara kategorikal ada 2 kekuatan yang mmicu perubahan sosial, Petama, adalah kekuatan dari dalam masyarakat sendiri (internal factor), seperti pergantian generasi dan berbagai penemuan dan rekayasa setempat. Kedua, adalah kekuatan dari luar masyarakat (external factor), seperti pengaruh kontak-kontak antar budaya (culture contact) secara langsung maupun persebaran (unsur) kebudayaan serta perubahan lingkungan hidup yang pada gilirannya dapat memacu perkembangan sosial dan kebudayaan masyarakat yang harus menata kembali kehidupan mereka .
Didalam budaya seni, indonesia mempunyai kemajuan. khususnya Tarian tradisional telah mengalami kemajuan yang cukup baik dan telah meranjak ke internasional. Akan tetapi ada beberapa bagian dari budaya indonesia yang di klaim oleh negara lain. Berikut, data dari budaya yang di klaim oleh negara lain:
1. batik dari jawa oleh Adidas
2. Naskah kuno dari riau oleh pemerintah malaysia
3. Naskah kuno dari sumatera barat oleh pemerintah malaysia
4. Naskah kuno dari sulawesi selatan oleh pemerintah malaysia
5. Naskah kuno dari sulawesi tenggara oleh pemerintah malaysia
6. rendang dari Sumatera Barat oleh Oknum WN Malaysia
7. Sambal bajak dari jawa tengah oleh oknum WN belanda
8. Sambal petai dari riau oleh oknum WN belanda
9. tempe dari jawa oleh beberapa perusahaan asing
10. lagu rasa sayange dari maluku oleh pemerintah malaysia
11. Tari reog ponorogo dari jawa timur oleh pemerintah malaysia
12. Lagu soleram dari riau oleh pemerintah malaysia
13. Lagu injit-injit semut dari jambi oleh pemerintah malaysia
14. Alat musik gamelan dari jawa oleh pemerintah malaysia
15. Tari kuda lumping dari jawa timur oleh pemerintah malaysia
16. tari piring dari sumatera barat oleh pemerintah malaysia
17. Lagu kakak tua dari maluku oleh pemerintah malaysia
18. Lagu anak kambing saya dari nusa tenggara oleh pemerintah malaysia
19. Kursi taman dengan ornamen ukir khas jepara jawa tengah oleh oknum WN perancis
20. Pigura dengan ornamen ukir khas jepara dari jawa tengan oleh oknum WN inggris
21. Motif batik perang dari yogyakarta oleh pemerintah malaysia
22. Desain kerajinan perak desak suwarti dari bali oleh oknum WN amerika
23. Produk berbahan rempah-rempah dan tanaman obat asli indonesia oleh shiseido Co. Ltd
24. Badik tumbuk lada oleh pemerintah malaysia
25. kopi gayo dari aceh oleh perusahaan multinasional (MNC) belanda
26. kopi toraja dari sulawesi selatan oleh perusahaan jepang
27. Musik indang sungai garinggiang dari sumatera barat oleh malaysia
28. Kain ulos oleh malaysia
29. alat musik angklung oleh pemerintah malaysia
30.Lagu jali-jali oleh pemerintah malaysia
31. tari pendet dari bali oleh pemerintah malaysia
Dari data tersebut, bisa dibuktikan bahwa masyarakat indonesia sendiri kurang memperhatikan bagian dari budaya indonesia. dan diharapkan untuk masyarakat indonesia lebih memperhatikan bagian dari peninggalan budaya indonesia. dan sekarang akan diupayakan oleh pemerintah agar mendidik anak-anak muda untuk perduli terhadap hal tersebut, dan lebih mengenalkan dari dini sikap akan pentingnya pengetahuan budaya indonesia.

Contoh-Contoh Budaya-budaya UNIK Di Indonesia

tabuiksumbarBerasal dari kata ‘tabut’, dari bahasa Arab yang berarti mengarak, upacara Tabuik merupakan sebuah tradisi masyarakat di pantai barat, Sumatera Barat, yang diselenggarakan secara turun menurun. Upacara ini digelar di hari Asura yang jatuh pada tanggal 10 Muharram, dalam kalender Islam.
Konon, Tabuik dibawa oleh penganut Syiah dari timur tengah ke Pariaman, sebagai peringatan perang Karbala. Upacara ini juga sebagai simbol dan bentuk ekspresi rasa duka yang mendalam dan rasa hormat umat Islam di Pariaman terhadap cucu Nabi Muhammad SAW itu. Karena kemeriahan dan keunikan dalam setiap pagelarannya, Pemda setempat pun kemudian memasukkan upacara Tabuik dalam agenda wisata Sumatera Barat dan digelar setiap tahun.

tambuiksumbar2
Dua minggu menjelang pelaksanaan upacara Tabuik, warga Pariaman sudah sibuk melakukan berbagai persiapan. Mereka membuat serta aneka penganan, kue-kue khas dan Tabuik. Dalam masa ini, ada pula warga yang menjalankan ritual khusus, yakni puasa.
Selain sebagai nama upacara, Tabuik juga disematkan untuk nama benda yang menjadi komponen penting dalam ritual ini. Tabuik berjumlah dua buah dan terbuat dari bambu serta kayu. Bentuknya berupa binatang berbadan kuda, berkepala manusia, yang tegap dan bersayap. Oleh umatIslam, binatang ini disebut Buraq dan dianggap sebagai binatang gaib. Di punggung Tabuik, dibuat sebuah tonggak setinggi sekitar 15 m. Tabuik kemudian dihiasi dengan warna merah dan warna lainnya dan akan di arak nantinya.
2. Makepung, Balap Kerbau Masyarakat Bali.
makepungbali
Kalau Madura punya Kerapan Sapi, maka Bali memiliki Makepung. Dua tradisi yang serupa tapi tak sama, namun menjadi tontonan unik yang segar sekaligus menghibur. yang dalam bahasa Indonesia berarti berkejar-kejaran, adalah tradisi berupa lomba pacu kerbau yang telah lama melekat pada masyarakat Bali, khususnya di Kabupaten Jembrana.
Tradisi ini awalnya hanyalah permainan para petani yang dilakukan di sela-sela kegiatan membajak sawah di musim panen. Kala itu, mereka saling beradu cepat dengan memacu kerbau yang dikaitkan pada sebuah gerobak dan dikendalikan oleh seorang joki.
makepungbali2
Makin lama, kegiatan yang semula iseng itu pun berkembang dan makin diminati banyak kalangan. Kini, Makepung telah menjadi salah satu atraksi budaya yang paling menarik dan banyak ditonton oleh wisatawan termasuk para turis asing. Tak hanya itu, lomba pacu kerbau inipun telah menjadi agenda tahunan wisata di Bali dan dikelola secara profesionalSekarang ini, Makepung tidak hanya diikuti oleh kalangan petani saja.
Para pegawai dan pengusaha dari kota pun banyak yang menjadi peserta maupun supporter. Apalagi, dalam sebuah pertarungan besar, Gubernur Cup misalnya, peserta Makepung yang hadir bisa mencapai sekitar 300 pasang kerbau atau bahkan lebih. Suasana pun menjadi sangat meriah dengan hadirnya para pemusik jegog(gamelan khas Bali yang terbuat dari bambu) untuk menyemarakkan suasana lomba.
3. Atraksi Debus Banten
debusbanten
Atraksi yang sangat berbahaya yang biasa kita kenal dengan sebutan Debus, Konon kesenian bela diri debus berasal dari daerah al Madad. Semakin lama seni bela diri ini makin berkembang dan tumbuh besar disemua kalangan masyarakat banten sebagai seni hiburan untuk masyarakat.
Inti pertunjukan masih sangat kental gerakan silat atau beladiri dan penggunaan senjata. Kesenian debus banten ini banyak menggunakan dan memfokuskan di kekebalan seseorang pemain terhadap serangan benda tajam, dan semacam senjata tajam ini disebut dengan debus.
debusbanten2
Kesenian ini tumbuh dan berkembang sejak ratusan tahun yang lalu, bersamaan dengan berkembangnya agama islam di Banten. Pada awalnya kesenian ini mempunyai fungsi sebagai penyebaran agama, namun pada masa penjajahan belanda dan pada saat pemerintahan Sultan Agung Tirtayasa. Seni beladiri ini digunakan untuk membangkitkan semangat pejuang dan rakyat banten melawan penjajahan yang dilakukan belanda. Karena pada saat itu kekuatan sangat tidak berimbang, belanda yang mempunyai senjata yang sangat lengkap dan canggih.
Terus mendesak pejuang dan rakyat banten, satu satunya senjata yang mereka punya tidak lain adalah warisan leluhur yaitu seni beladiri debus.
4. Karapan sapi Masyarakat Madura Jawa Timur
karapan
Karapan sapi yang merupakan perlombaan pacuan sapi yang berasal dari Madura Jawa Timur, Dalam even karapan sapi para penonton tidak hanya disuguhi adu cepat sapi dan ketangkasan para jokinya, tetapi sebelum memulai para pemilik biasanya melakukan ritual arak-arakan sapi disekelilingi pacuan disertai alat musik seronen perpaduan alat music khas Madura sehingga membuat acara ini menjadi semakin meriah.
karapan2
Panjang rute lintasan karapan sapi tersebut antara 180 sampai dengan 200 meter, yang dapat ditempuh dalam waktu 14 sd 18 detik. Tentu sangat cepat kecepatan sapi – sapi tersebut, selain kelihaian joki terkadang bamboo yang digunakan untuk menginjak sang joki melayang diudara karena cepatnya kecepatan sapi sapi tersebut.
Untuk memperoleh dan menambah kecepatan laju sapi tersebut sang joki, pangkal ekor sapi dipasangi sabuk yang terdapat penuh paku yang tajam dan sang joki melecutkan cambuknya yang juga diberi duri tajam kearah bokong sapi. Tentu saja luka ini akan membuat sapi berlari lebih kencang, tetapi juga menimbulkan luka disekitar pantat sapi.
Jarak pemenang terkadang selisih sangat tipis, bahkan tidak jarang hanya berjarak 1 sd 2 detik saja. Karapan Sapi dimadura merupakan pagelaran yang sangat unik, selain sudah diwarisi secara turun menurun tradisi ini juga terjaga sampai sekarang. Even ini dijadikan sebagai even pariwisata di Indonesia, dan tidak hanya turis local dari mancanegara pun banyak yang menyaksikan karapan sapi ini.
5. Upacara Kasada Bromo
kasdabromo
Upacara Kasada bromo dilakukan oleh masyarakat Tengger yang bermukim di Gunung Bromo Jawa Timur, mereka melakukan ritual ini untuk mengangkat seorang Tabib atau dukun disetiap desa. Agar mereka dapat diangkat oleh para tetua adat, mereka harus bisa mengamalkan dan menghafal mantera mantera.
Beberapa hari sebelum Upacara Kasada bromo dimulai, mereka mengerjakan sesaji sesaji yang nantinya akan dilemparkan ke Kawah Gunung Bromo. Pada malam ke 14 bulan Kasada Masyarakat tengger berbondong bondong dengan membawa ongkek yang berisi sesaji dari berbagai macam hasil pertanian dan ternak. Lalu mereka membawanya ke Pura dan sambil menunggu Dukun sepuh yang dihormati datang mereka kembali menghafal dan melafalkan mantera, tepat tengah malam diadakan pelantikan dukun dan pemberkatan umat dipoten lautan pasir gunung bromo.
Bagi masyarakat Tengger, peranan Dukun adalah sangat penting. Karena mereka bertugas memimpin acara – acara ritual, perkawinan dll.
Sebelum lulus mereka diwajibkan lulus ujian dengan cara menghafal dan lancar dalam membaca mantra mantra. Setelah Upacara selesai, ongkek – ongkek yang berisi sesaji dibawa dari kaki gunung bromo ke atas kawah. Dan mereka melemparkan kedalam kawah, sebagai simbol pengorbanan yang dilakukan oleh nenek moyang mereka. Didalam kawah banyak terdapat pengemis dan penduduk tengger yang tinggal dipedalaman, mereka jauh jauh hari datang ke gunung bromo dan mendirikan tempat tinggal dikawah gunung Bromo dengan harapan mereka mendapatkan sesaji yang dilempar.
Penduduk yang melempar sesaji berbagai macam buah buahan dan hasil ternak, mereka menganggapnya sebagai kaul atau terima kasih mereka terhadap tuhan atas hasil ternak dan pertanian yang melimpah. Aktivitas penduduk tengger pedalaman yang berada dikawah gunung bromo.