Nasib kesenian-kesenian tradisional di sejumlah daerah bagai kerakap
tumbuh di batu, hidup segan mati tak mau. Ada kesenian tradisional yang
sudah sangat jarang dipentaskan dan terancam punah. Upaya revitalisasi
kesenian tradisional itu pun terkendana pendanaan. Namun, bagi daerah
yang peduli, kesenian tradisional tetap hidup dan berkembang sejalan
dengan kemajuan zaman.
Demikian benang merah yang mengemuka dalam perbincangan Kompas dengan
Kepala Taman Budaya Provinsi Sumbar Asnam Rasyid, Seni man Tradisional
dan Komite Tradisional Dewan Kesenian Lampung Syafril Yamin (atau lebih
dikenal dengan nama Lil Cetik), yang dihubungi terpisah di Padang dan
Bandarlampung, Jumat (24/4). Sebelumnya , Ketua Forum Taman Budaya
se-Indonesia Hj Ikke Dewi Sartika, juga memberikan pernyataan di Padang.
Asnam Rasyid mengakui, di Sumatera Barat banyak kesenian tradisional
yang terancam punah, karena tidak ada regenerasi, jarang dipertunjukkan,
dan juga karena pelaku-pelakunya sebagian sudah uzur dan meninggal.
Kondisi ini mencemaskan. Taman Budaya sebagai unit pelaksana teknis dari
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, tidak mempunyai anggaran untuk
penelitian, pembinaan, dan revitalisasi . Dulu, hal itu memang menjadi
tanggung jawab Taman Budaya, tapi sekarang tidak, tandasnya.
Ia menyebutkan, kesenian tradisional di Sumbar yang terancam punah
itu antara lain Talempong Ungan, Gandai, dan Tupai Janjang. Jika dulu
Taman Budaya dikondisikan sebagai laboratorium, pendokumentasian, dan
etalase untuk menjaga ketahanan budaya, maka di masa pemerintahan
sekarang, Taman Budaya hanya sebagai etalase budaya, jelas Asnam Rasyid.
Ikke Dewi Sartika juga mengungkapkan hal senada. Di daerah Jawa Barat
saja, sedikitnya terdapat 43 kesenian tradisional yang hamper punah.
Dari jumlah itu, b aru dua jenis kesenian yang bisa direvitalisasi,
yaitu Gendang Gugun dan Angklung Badun. Karena banyak kesenian
tradisional di daerah terancam punah, pemerintah harus mendukung
revitalisasi kesenian tradisional, u jarnya, pada Rakor Kepala Taman
Budaya se- Indonesia, di Padang, beberapa waktu lalu.
Menurut Ikke, terancam punahnya kesenian tradisional disebabkan
pengaruh globalisasi. Padahal, selain ancaman, globalisasi sebenarnya
bisa menjadi tantangan untuk mempertahankan dan mengembangkan kesenian
yang ada. Buktinya, kesenian Jaipong bisa mengglobal.
Sementara itu, di Lampung, karena gubernur (ketika itu Sjachruddin
ZP) peduli dengan kesenian daerah Lampung, kemajuan yang dicapai
kesenian tradisional sangat berarti. Maju-mundurnya kesenian tradisional
di daerah, tergantung kebijakan pemerintah, baik gubernur maupun wali
kota/bupati. Semasa Sjachruddin ZP jadi gubernur, karena ia orang
pribumi Lampung , perhatiannya bagus, sehingga kesenian daerah
berkembang baik. Seperti Sastra Tutur, Musik Gamolan Pekhing, dan
Warahan, berkembang dengan baik, kata Syafril Yamin.
Namun, ke depan mungkin saja nasibnya tak jelas. Karena dengan
gubernur yang sekarang, anggaran untuk Dewan Kesenian Lampung sebesar
Rp300 juta, masih belum cair, padahal sudah masuk triwulan kedua. Jika
dana tak segera cair, mungkin saja terjadi kemunduran lagi, tambahnya.
SENI DAN BUDAYA INDONESIA
Selasa, 26 November 2013
BEBERAPA BUDAYA BALI YANG SUDAH HILANG
a) Arsitektur Rumah Bali yang Hilang
Dari
jaman dahulu para undagi Bali sangat ketat dan taat mengikuti aturan atau pakem
dalam mendirikan bangunan, sehingga aturan pembangunan di Bali seperti dikenal
dalam rontal Asta Kosala Kosali atau Asta Petali. Undagi jaman
dahulu tidak berani keluar dari konsep yang telah digariskan oleh para
leluhurnya, sehingga dikenal adanya konsep tata ruang Tri Loka atau Tri
Angga, yakni membagi areal hunian menjadi tiga yaitu nista, madya
dan utama atau bhur,bwah dan swah yang akhirnya menjadi
konsep Tri Hita Karana dan akhirnya melahirkan konsep orientasi
kosmologi yang disebut Nawa Sanga atau Sanga Mandala, hingga
konsep keseimbangan kosmologi yang disebut Manik Ring Cucupu.
Pembangunan
selalu selaras dengan alam sekelilingnya dengan memperhatikan faktor
lingkungan. Di jaman dahulu orang menggunakan sikut, sehingga bangunan
yang akan dibuat sesuai dengan proporsi pemiliknya, menjadi nyaman dan
menyenangkan, karena selalu memperhatikan ruang terbuka yang di sebut natah dan
adanya pengaturan waktu dalam penyediaan bahan bangunan, sehingga keseimbangan
dan kelestarian alam tetap terjaga.
Mungkin
suatu saat nanti, semua ajaran adi luhung leluhur tentang arsitektur akan
menjadi suatu sejarah, karena sudah tidak ada yang mengikuti, sudah kuno atau
sudah ketinggalan jaman. Semua bangunan pada jaman ini dibuat secara praktis,
ekonomis dan kalau seandainya bisa, mengerjakan bangunan ingin dapat
diselesaikan dalam waktu semalam. Pengerjaan bangunan tanpa memandang lagi pakem
yang sudah pernah ada, semua dihantam rata. Tidak perlu mencari hari baik untuk
memulai pekerjaan, apalagi untuk mencari bahan bangunan.
Arsitektur bangunan sudah tidak mencerminkan Bali,
terutama di pusat kota. Kalaupun harus bercirikan Bali, akan terlihat beberapa
tempelan hiasan Bali dibeberapa sudut bangunan yang berkesan terlalu dipaksakan.
Kalaupun Bali masih peduli dan ingin untuk melestarikan
budaya dan arsitekturnya, tentulah tidak terlambat. Masih dapat diselamatkan,
terutama jika ada niat dan tekad yang kuat dari orang Bali itu sendiri dan juga
Pemerintah Daerah sebagai badan yang memiliki wewenang kontrol dapat melakukan
pekerjaannya dengan konsekuen. Arsitektur Bali dan para undagi selayaknya juga
menyediakan bentuk dan design rumah sederhana bercirikan Bali, menyediakan
ragam gambar yang banyak, sehingga masyarakat dapat menirunya atau memperoleh
ilham dan ide ketika mereka membangun.
Kalau
mau jujur,masyarakat kebanyakan tidak mengerti tentang apa yang dimaksud dengan
arsitektur Bali, apakah menyangkut bentuk atap, bentuk bangunan, hiasan ornamen
atau bahan bangunan yang dipergunakan. Seandainya orang Bali sudah tidak berminat lagi untuk
mempergunakan arsitektur Bali, maka Bali akan menjadi asing di tanahnya
sendiri. Karena perkembangan jaman dan perkembangan manusia, bangunan
bertingkat tinggi akan segera merambah Bali. Kalau bangunan tingkat tinggi
sudah merupakan suatu keharusan, karena menyelamatkan lahan dan menyikapi harga
tanah yang mahal, maka Bali tidak ada bedanya dengan kota besar lainnya dan
akan berubah menjadi kota metropolitan. Memang akan sangat disayangkan, namun
itulah kenyataannya. Arsitektur Bali yang tersisa mungkin hanya terdapat pada
bangunan Pura yang tetap bertahan selaras dengan perkembangan agama Hindu di
Bali.
(b) Penggak” Orang Bali yang Hilang
Dahulu orang Bali
dipedesaan mengenal istilah penggak, penggak merupakan sebuah tempat seperti
Warung dan "posko" sekarang yang berada di pojokan Banjar.
Penggak merupakan sebuah wadah informal yang biasa dipakai oleh masyarakat
untuk berdiskusi dan melakukan kegiatan sebelum melaksanakan rapat di Banjar.
Biasanya dari penggak ini muncul ide-ide baru yang akan dibicarakan pada rapat Banjar.
Wadah seperti itu sudah beralih menjadi Posko partai politik yang memanfaatkan
Penggak sebagai pencarian "Masa /pendukung". Penggak sekarang sudah
hilang. hilang fungsi utama, dan hilang juga kreativitas didalamnya untuk
memunculkan ide-ide baru.
b. Contoh budaya Bali yang sudah rapuh,
yaitu:
(a)
Eksistensi Desa Adat Di Bali Rapuh
Eksistensi dan implementasi desa
pakraman atau desa adat di Bali kini terancam rapuh, ditandai banyaknya kasus
atau konflik adat, seperti pertikaian kelompok warga antarbanjar atau dusun
dalam satu desa maupun dengan desa lainnya."Banyaknya kasus adat seperti
yang terjadi di Desa Pakudui, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar,
merupakan bukti rapuhnya eksistensi desa pakraman," kata Plt Bendesa Agung
Desa Pakraman Dewa Gede Ngurah Suasta. Konflik memuncak ketika prosesi
pengusungan jenazah seorang warga Banjar Pakudui Kangin, dihadang oleh warga
Banjar Pakudui Kauh. Menurut Ngurah Suasta, keberadaan desa pakraman rapuh saat
dasar desa adat itu, yakni ajaran agama Hindu, mulai banyak dilupakan oleh
masyarakatnya. "Warga banyak yang mulai tidak patuh menjalankan ajaran
yang seharusnya menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari," ujarnya.
(b)
Eksistensi Subak di Bali Rapuh
Subak sedang menghadapi bermacam tantangan,
lebih-lebih dalam menyongsong era globalisasi yang jika tidak teratasi maka
kelangsungan hidup subak bias terancam. Tantangan-tantangan tersebut antara
lain:
1)
Persaingan
dalam pemasaran hasil-hasil pertanian yang semakin tajam.
Akan tiba saatnya bahwa Indonesia harus terbuka
terhadap masuknya komoditi pertanian yang diproduksi di luar negari. Sektor
pertanian pun mau tidak mau harus terbuka untuk investasi asing dan dituntut
agar mampu bertahan pada kondisi persaingan bebas tanpa subsidi dari
pemerintah. Malahan sekarang saja pasar-pasar swalayan di beberapa kota besar
termasuk Denpasar sudah mulai kebanjiran produk-produk pertanian seperti
buah-buahan, sayur-sayuran dan daging yang dihasilkan petani negara asing yang
dapat menggeser kedudukan produksi pertanian yang dihasilkan oleh petani-petani
negeri kita sendiri. Untuk mampu bersaing dalam pasar ekonomi global maka mutu
hasil –hasil pertanian kita perlu ditingkatkan. Ini berarti bahwa mutu
sumberdaya manusia termasuk para petani produsen perlu terus ditingkatkan agar
menjadi lebih profesional, efisien dan mampu menguasai serta memanfaatkan
teknologi. Para petani anggota subak selama ini masih bertindak sendiri-sendiri
secara individual dalam berusahatani. Padahal, mereka tergolong petani gurem
dengan luas garapan yang sempit, permodalan yang terbatas dan posisi tawar yang
sangat lemah. Mereka belum memanfaatkan kelembagaan subak sebagai wadah bersama
untuk melakukan kegiatan usahatani yang lebih berorientasi agribisnis. Dalam menghadapi
persaingan yang semakin tajam maka seharusnya para petani bersatu melalui suatu
wadah yang sudah ada yaitu subak dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
lebih berorientasi agribisnis bukan sekedar menggunakan wadah subak itu hanya
untuk tujuan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi.
2)
Menciutnya
areal persawahan beririgasi akibat alih fungsi.
Salah satu tantangan yang dihadapi subak adalah
menciutnya lahan sawah beririgasi sebagai akibat adanya alih fungsi untuk
kegiatan non-pertanian. Di Bali dalam beberapa tahun belakangan ini areal
persawahan yang telah beralih fungsi diduga mencapai 1000 ha per tahun.
Penciutan areal sawah ini sungguh pesat, lebih-lebih di lokasi yang dekat kota
karena dipicu oleh harga yang cenderung membubung tinggi. Nampaknya petani
pemilik sawah di daerah sekeliling kota cenderung tergoda oleh tawaran harga
tanah yang tinggi. Sebab, jika dibandingkan dengan mengusahakan sendiri untuk
usahatani hasilnya sungguh tidak seimbang. Petani mungkin lebih memilih
mendepositokan uang hasil penjualan tanahnya itu di bank dan tinggal menerima
bunganya tiap bulan yang bisa jadi jauh lebih besar dibandingkan dengan hasil
usahataninya. Andaikata penyusutan areal persawahan di Bali berlanjut terus
separti sekarang ini dikhawatirkan organisasi subak akan terancam punah. Jika
subak hilang apakah kebudayaan Bali dapat bertahan karena diyakini bahwa subak
bersama lembaga sosial tradisional lainnya seperti banjar dan desa adat
merupakan tulang punggung kebudayaan Bali. Dalam kaitan ini para petani anggota
subak perlu dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut
masalah pengalih fungsian lahan sawah yang berada dalam wilayah subak mereka.
3)
Ketersediaan
air semakin terbatas.
Meningkatnya pendapatan masyarakat dan jumlah
penduduk serta pembangunan di segala bidang terutama pemukiman dan industri
pariwisata di Bali menuntut terpenuhinya kebutuhan air yang terus meningkat
baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Ini mengisyaratkan bahwa air
menjadi sumber daya yang semakin langka. Persaingan yang menjurus ke arah
konflik kepentingan dalam pemanfaatannya antara berbagai sektor terutama sektor
pertanian dan non pertanian cenderung meningkat di masa-masa mendatang. Belum
adanya hak penguasaan air yang dimiliki oleh para pengguna merupakan salah satu
sebab pemicu konflik pemanfaatan air. Hal ini dapat dimengerti karena air yang
selama ini dimanfaatkan lebih banyak untuk pertanian, sekarang dan di masa
depan harus dialokasikan juga ke sektor non pertanian. Mengingat air menjadi
semakin langka maka para petani anggota subak dituntut untuk mampu mengelola
air secara lebih efisien dan demikian pula para pemakai air lainnya agar mampu
mengembangkan budaya hemat air.
4)
Kerusakan
lingkungan khususnya pencemaran sumber daya air.
Di beberapa tempat telah muncul keluhan-keluhan dari
masyarakat petani tentang adanya pencemaran lingkungan khususnya sumberdaya air
pada sungai dan saluran irigasi akibat adanya limbah industri dan limbah dari
hotel serta pemukiman. Kecenderungan menurunnya kualitas air ini akan meningkat
seiring dengan meningkatnya jumlah industry yang mengeluarkan limbah beracun
yang disalurkan melalui sungai maupun saluran irigasi. Dalam kaitan ini subak
dituntut untuk mampu berperan aktif dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan.
5)
Penyerahan
kembali tanggung jawab pengelolaan jaringan irigasi kepada petani.
Karena semakin terbatasnya kemampuan pemerintah baik
dari segi personil maupun pendanaan untuk melakukan kegiatan operasi dan
pemeliharaan (OP) jaringan irigasi, maka pemerintah telah mengambil seperangkat
kebijaksanaan yang pada dasarnya memberikan tanggung jawab pengelolaan jaringan
irigasi kepada para petani yang tergabung dalam P3A/subak. Untuk jaringan
irigasi di atas 500 ha para petani diwajibkan membayar Iuran Pelayanan Irigasi (IPAIR).
Sedangkan untuk yang di bawah 500 ha diserahkan sepenuhnya kepada P3A/subak
melalui program Penyerahan Irigasi Kecil (PIK). Adanya tuntutan finansial
akibat tanggung jawab memikul beban OP jaringan irigasi maka subak seharusnya
mampu meningkatkan kesejahteraan anggotanya melalui berbagai kegiatan
pengumpulan dana bersama. Misalnya, dengan memanfaatkan lembaga subak sebagai
wahana untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang berorientasi ekonomi/ agribisnis.
6)
Berkurangnya
minat pemuda untuk bekerja sebagai petani.
Ada kecenderungan bahwa berusahatani di sawah
dianggap tidak lagi dapat mendukung peningkatan kesejahteraan petani
dibandingkan dengan bekerja di sektor industry dan jasa khususnya yang
berkaitan dengan pariwisata. Hal ini disebabkan karena sempitnya luas tanah
garapan dan rendahnya nilai tukar petani. Bekerja di luar sektor pertanian
cenderung lebih menarik dibandingkan jadi petani yang serba bergelimang lumpur
dan penuh resiko akibat kegagalan panen dan fluktuasi harga. Dapat dimengerti
kalau pemuda-pemuda desa dari keluarga petani cenderung meninggalkan orang tua
mereka dan pergi ke kota mencoba mencari pekerjaan yang lebih bergengsi. Dapat
diduga pula bahwa dalam beberapa tahun mendatang yang tinggal di daerah
pedesaan bekerja sebagai petani adalah orang-orang yang sudah berusia lanjut
yang tentunya kurang produktif lagi. Kecenderungan ini kiranya dapat
berimplikasi negatif terhadap kehidupan subak itu sendiri. Subak sebagai
organisasi petani dituntut untuk mampu menciptakan kondisi yang dapat menarik
kaum muda untuk bekerja sebagai petani modern dan profesional.
7)
Kesenian Gambuh
Dikhawatirkan Rapuh/Punah
Berbagai
upaya dilakukan dalam mengembangkan dan melestarikan kesenian Bali, namun
sejumlah tarian masa kuno dikhawatirkan punah karena tidak ada generasi penerus
yang mewarisinya. “Kesenian gambuh misalnya, selain senimannya sudah sangat
langka, pementasannya juga kurang menarik generasi muda masa kini,” kata Dosen
Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, I Nyoman Carita SST, MFA di Denpasar,
Kamis. Alumnus Program S-2 Bidang Studi Koreografi University Of California Los
Angeles (UCLA), Amerika Serikat itu mengatakan, pihaknya sedang melakukan
revitalisasi tari gambuh bersama seorang tokoh seniman di kampung kelahirannya
Desa Singapadu, Kabupaten Gianyar. Tari Gambuh yang menjadi inspirasi dan
sumber gerak tari Bali lewat proses revitalisasi bersama seorang tokoh seniman
setempat I Ketut Muji (64), diharapkan mampu menyiasati dalam mengkolaborasikan
dengan unsur seni lain. Upaya itu diharapkan mampu menciptakan gerakan-gerakan
tari yang bermutu, dengan tetap memegang teguh nilai-nilai tradisi dalam
kesenian Bali. Kesenian gambuh, sumber dari semua gerak dan tari Bali, dengan
kemasan yang baru dalam pertunjukan drama tari hasil revitalisasi diharapkan
mampu menarik minat anak-anak muda, sekaligus menjawab kekhawatiran akan
punahnya jenis kesenian masa lampau tersebut. Hasil revitalisasi tersebut
dengan tetap dalam kemasan yang sarat dengan seni budaya Bali, namun
penyuguhannya lebih menarik bagi masyarakat penonton, termasuk wisatawan maupun
masyarakat internasional.
Budaya Betawi
Suku Betawi terdiri dari beberapa etnis yang bergabung dalam satu
daerah sehingga membentuk kebudayaan sendiri yaitu Budaya Betawi. Suku
Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di masa
lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah
keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan
oleh Belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau suku
Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis
ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih
dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa, Arab, Bali,
Sumbawa, Ambon, Melayu dan Tionghoa. Dengan semakin beragamnya etnis
di Betawi, maka setiap etnis biasanya mempengaruhi setiap perayaan
etnis Betawi. Seperti budaya penyalaan petasan, Lenong, Cokek, hingga
pakaian pernikahan adat Betawi yang didominasi warna merah, itu semua
dipengaruhi kuat oleh budaya Tionghoa.Kemudian etnis Arab sangat
mempengaruhi musik gambus dalam warna musik marawis dan Tanjidor.
Tanjidor sendiri adalah perpaduan budaya Eropa, Cina, Melayu dan Arab.
Sementara di kampung Tugu terkenal dengan budaya keroncong yang bersal
dari Portugis.Salah satu musik khas dari kesenian Betawi yang paling
terkenal adalah Gambang Kromong, dimana dalam setiap kesempatan
perihal Betawi, Gambang Kromong selalu menjadi tempat yang paling
utama. Hampir setiap pemberitaan yang ditayangkan di televisi, Gambang
Kromong selalu menjadi ilustrasi musiknya.
dan masih banyak lagi budaya betawi anrata lain :
- Lenong
- Ondel-ondel
- Tari Japin
- Tari Cokek Betawi
- Tari Topeng betawi
- Tari Lenggang Nyai
- Gambang Kromong
dan masih banyak lagi budaya betawi anrata lain :
- Lenong
- Ondel-ondel
- Tari Japin
- Tari Cokek Betawi
- Tari Topeng betawi
- Tari Lenggang Nyai
- Gambang Kromong
Seni dan Budaya Betawi
Gambang Kromong |
Selasa, 12 November 2013
Beberapa contoh Kebudayaan Daerah di Indonesia
Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945.Seluruh
kebudayaan daerah yang berasal dari kebudayaan beraneka ragam suku-suku
di Indonesia merupakan bagian integral daripada kebudayaan
Indonesia.Kebudayaan Indonesia walau beraneka ragam, namun pada dasarnya
terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti
kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India dan kebudayaan Arab. Kebudayaan India terutama masuk dari penyebaran agama Hindu dan Buddha di Nusantara
jauh sebelum Indonesia terbentuk. Kerajaan-kerajaan yang bernafaskan
agama Hindu dan Budha sempat mendominasi Nusantara pada abad ke-5 M ditandai dengan berdirinya kerajaan tertua di Nusantara, Kutai, sampai pada penghujung abad ke-15 Masehi.
Kebudayaan daerah di Indonesia tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda.
Dibawah ini beberapa contoh dari kebudayaan daerah di Indonesia :
1.Sumatera barat (Padang)
- Rumah adat : Rumah gadang
- Tarian adat : Tari Piring
- Alat Musik : Saluang
2.Jawa Tengah
- Rumah Adat :
- Tarian Adat : Tari Bedaya
- Alat Musik : Gamelan
3.DKI Jakarta
- Rumah Adat : Rumah adat Betawi
- Tarian Adat : Yapong
- Alat Musik : Tanjidor
Kebudayaan daerah di Indonesia tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda.
Dibawah ini beberapa contoh dari kebudayaan daerah di Indonesia :
1.Sumatera barat (Padang)
- Rumah adat : Rumah gadang
- Tarian adat : Tari Piring
- Alat Musik : Saluang
2.Jawa Tengah
- Rumah Adat :
- Tarian Adat : Tari Bedaya
- Alat Musik : Gamelan
3.DKI Jakarta
- Rumah Adat : Rumah adat Betawi
- Tarian Adat : Yapong
- Alat Musik : Tanjidor
PERKEMBANGAN BUDAYA DI INDONESIA
Seperti yang kita ketahui, perkembangan budaya indonesia salalu saja
naik dan turun. Pada awalnya, indonesia sangat banyak mempunyai
peninggalan budaya dari nenek moyang kita terdahulu, hal seperti itulah
yang harus dibanggakan oleh penduduk indonesia sendiri, tetapi
sekarang-sekarang ini budaya indonesia agak menurun dari sosialisasi
penduduk kini telah banyak yang melupakan apa itu budaya Indonesia.
Semakin majunya arus globalisasi rasa cinta terhadap budaya semakin
berkurang, dan ini sangat berdampak tidak baik bagi masyarakat asli
Indonesia. Terlalu banyaknya kehidupan asing yang masuk ke Indonesia,
masyarakat kini telah berkembang menjadi masyarakat modern.. namun
akhir-akhir ini indonesia semakin gencar membudidayakan sebagian budaya
indonesia, buktinya, masyarakat luar lebih mengenal budaya indonesia
dibandingkan masyarakat indonesia.
Sebagai contoh adalah batik hasil dari budaya indonesia, batik tersebut belakangan ini termasuk bahan-bahan yang diminati oleh masyarakat luar. Muncul trend ini dikarenakan batik telah diresmikan bahwa batik tersebut telah ditetapkan oleh UNESCO pada hari jumat tanggal 02 oktober 2009 sebagai warisan budaya indonesia, dan hari itulah ditetapkannya sebagai hari batik nasional.
Ada sejumlah kekuatan yang mendorong terjadinya perkembangan sosial budaya masyarakat Indonesia. Secara kategorikal ada 2 kekuatan yang mmicu perubahan sosial, Petama, adalah kekuatan dari dalam masyarakat sendiri (internal factor), seperti pergantian generasi dan berbagai penemuan dan rekayasa setempat. Kedua, adalah kekuatan dari luar masyarakat (external factor), seperti pengaruh kontak-kontak antar budaya (culture contact) secara langsung maupun persebaran (unsur) kebudayaan serta perubahan lingkungan hidup yang pada gilirannya dapat memacu perkembangan sosial dan kebudayaan masyarakat yang harus menata kembali kehidupan mereka .
Didalam budaya seni, indonesia mempunyai kemajuan. khususnya Tarian tradisional telah mengalami kemajuan yang cukup baik dan telah meranjak ke internasional. Akan tetapi ada beberapa bagian dari budaya indonesia yang di klaim oleh negara lain. Berikut, data dari budaya yang di klaim oleh negara lain:
1. batik dari jawa oleh Adidas
2. Naskah kuno dari riau oleh pemerintah malaysia
3. Naskah kuno dari sumatera barat oleh pemerintah malaysia
4. Naskah kuno dari sulawesi selatan oleh pemerintah malaysia
5. Naskah kuno dari sulawesi tenggara oleh pemerintah malaysia
6. rendang dari Sumatera Barat oleh Oknum WN Malaysia
7. Sambal bajak dari jawa tengah oleh oknum WN belanda
8. Sambal petai dari riau oleh oknum WN belanda
9. tempe dari jawa oleh beberapa perusahaan asing
10. lagu rasa sayange dari maluku oleh pemerintah malaysia
11. Tari reog ponorogo dari jawa timur oleh pemerintah malaysia
12. Lagu soleram dari riau oleh pemerintah malaysia
13. Lagu injit-injit semut dari jambi oleh pemerintah malaysia
14. Alat musik gamelan dari jawa oleh pemerintah malaysia
15. Tari kuda lumping dari jawa timur oleh pemerintah malaysia
16. tari piring dari sumatera barat oleh pemerintah malaysia
17. Lagu kakak tua dari maluku oleh pemerintah malaysia
18. Lagu anak kambing saya dari nusa tenggara oleh pemerintah malaysia
19. Kursi taman dengan ornamen ukir khas jepara jawa tengah oleh oknum WN perancis
20. Pigura dengan ornamen ukir khas jepara dari jawa tengan oleh oknum WN inggris
21. Motif batik perang dari yogyakarta oleh pemerintah malaysia
22. Desain kerajinan perak desak suwarti dari bali oleh oknum WN amerika
23. Produk berbahan rempah-rempah dan tanaman obat asli indonesia oleh shiseido Co. Ltd
24. Badik tumbuk lada oleh pemerintah malaysia
25. kopi gayo dari aceh oleh perusahaan multinasional (MNC) belanda
26. kopi toraja dari sulawesi selatan oleh perusahaan jepang
27. Musik indang sungai garinggiang dari sumatera barat oleh malaysia
28. Kain ulos oleh malaysia
29. alat musik angklung oleh pemerintah malaysia
30.Lagu jali-jali oleh pemerintah malaysia
31. tari pendet dari bali oleh pemerintah malaysia
Dari data tersebut, bisa dibuktikan bahwa masyarakat indonesia sendiri kurang memperhatikan bagian dari budaya indonesia. dan diharapkan untuk masyarakat indonesia lebih memperhatikan bagian dari peninggalan budaya indonesia. dan sekarang akan diupayakan oleh pemerintah agar mendidik anak-anak muda untuk perduli terhadap hal tersebut, dan lebih mengenalkan dari dini sikap akan pentingnya pengetahuan budaya indonesia.
Sebagai contoh adalah batik hasil dari budaya indonesia, batik tersebut belakangan ini termasuk bahan-bahan yang diminati oleh masyarakat luar. Muncul trend ini dikarenakan batik telah diresmikan bahwa batik tersebut telah ditetapkan oleh UNESCO pada hari jumat tanggal 02 oktober 2009 sebagai warisan budaya indonesia, dan hari itulah ditetapkannya sebagai hari batik nasional.
Ada sejumlah kekuatan yang mendorong terjadinya perkembangan sosial budaya masyarakat Indonesia. Secara kategorikal ada 2 kekuatan yang mmicu perubahan sosial, Petama, adalah kekuatan dari dalam masyarakat sendiri (internal factor), seperti pergantian generasi dan berbagai penemuan dan rekayasa setempat. Kedua, adalah kekuatan dari luar masyarakat (external factor), seperti pengaruh kontak-kontak antar budaya (culture contact) secara langsung maupun persebaran (unsur) kebudayaan serta perubahan lingkungan hidup yang pada gilirannya dapat memacu perkembangan sosial dan kebudayaan masyarakat yang harus menata kembali kehidupan mereka .
Didalam budaya seni, indonesia mempunyai kemajuan. khususnya Tarian tradisional telah mengalami kemajuan yang cukup baik dan telah meranjak ke internasional. Akan tetapi ada beberapa bagian dari budaya indonesia yang di klaim oleh negara lain. Berikut, data dari budaya yang di klaim oleh negara lain:
1. batik dari jawa oleh Adidas
2. Naskah kuno dari riau oleh pemerintah malaysia
3. Naskah kuno dari sumatera barat oleh pemerintah malaysia
4. Naskah kuno dari sulawesi selatan oleh pemerintah malaysia
5. Naskah kuno dari sulawesi tenggara oleh pemerintah malaysia
6. rendang dari Sumatera Barat oleh Oknum WN Malaysia
7. Sambal bajak dari jawa tengah oleh oknum WN belanda
8. Sambal petai dari riau oleh oknum WN belanda
9. tempe dari jawa oleh beberapa perusahaan asing
10. lagu rasa sayange dari maluku oleh pemerintah malaysia
11. Tari reog ponorogo dari jawa timur oleh pemerintah malaysia
12. Lagu soleram dari riau oleh pemerintah malaysia
13. Lagu injit-injit semut dari jambi oleh pemerintah malaysia
14. Alat musik gamelan dari jawa oleh pemerintah malaysia
15. Tari kuda lumping dari jawa timur oleh pemerintah malaysia
16. tari piring dari sumatera barat oleh pemerintah malaysia
17. Lagu kakak tua dari maluku oleh pemerintah malaysia
18. Lagu anak kambing saya dari nusa tenggara oleh pemerintah malaysia
19. Kursi taman dengan ornamen ukir khas jepara jawa tengah oleh oknum WN perancis
20. Pigura dengan ornamen ukir khas jepara dari jawa tengan oleh oknum WN inggris
21. Motif batik perang dari yogyakarta oleh pemerintah malaysia
22. Desain kerajinan perak desak suwarti dari bali oleh oknum WN amerika
23. Produk berbahan rempah-rempah dan tanaman obat asli indonesia oleh shiseido Co. Ltd
24. Badik tumbuk lada oleh pemerintah malaysia
25. kopi gayo dari aceh oleh perusahaan multinasional (MNC) belanda
26. kopi toraja dari sulawesi selatan oleh perusahaan jepang
27. Musik indang sungai garinggiang dari sumatera barat oleh malaysia
28. Kain ulos oleh malaysia
29. alat musik angklung oleh pemerintah malaysia
30.Lagu jali-jali oleh pemerintah malaysia
31. tari pendet dari bali oleh pemerintah malaysia
Dari data tersebut, bisa dibuktikan bahwa masyarakat indonesia sendiri kurang memperhatikan bagian dari budaya indonesia. dan diharapkan untuk masyarakat indonesia lebih memperhatikan bagian dari peninggalan budaya indonesia. dan sekarang akan diupayakan oleh pemerintah agar mendidik anak-anak muda untuk perduli terhadap hal tersebut, dan lebih mengenalkan dari dini sikap akan pentingnya pengetahuan budaya indonesia.
Contoh-Contoh Budaya-budaya UNIK Di Indonesia
Berasal dari kata ‘tabut’, dari bahasa Arab yang berarti mengarak,
upacara Tabuik merupakan sebuah tradisi masyarakat di pantai barat,
Sumatera Barat, yang diselenggarakan secara turun menurun. Upacara ini
digelar di hari Asura yang jatuh pada tanggal 10 Muharram, dalam
kalender Islam.
Konon, Tabuik dibawa oleh penganut Syiah dari timur tengah ke Pariaman, sebagai peringatan perang Karbala. Upacara ini juga sebagai simbol dan bentuk ekspresi rasa duka yang mendalam dan rasa hormat umat Islam di Pariaman terhadap cucu Nabi Muhammad SAW itu. Karena kemeriahan dan keunikan dalam setiap pagelarannya, Pemda setempat pun kemudian memasukkan upacara Tabuik dalam agenda wisata Sumatera Barat dan digelar setiap tahun.
Dua
minggu menjelang pelaksanaan upacara Tabuik, warga Pariaman sudah
sibuk melakukan berbagai persiapan. Mereka membuat serta aneka
penganan, kue-kue khas dan Tabuik. Dalam masa ini, ada pula warga yang
menjalankan ritual khusus, yakni puasa.
Selain sebagai nama upacara, Tabuik juga disematkan untuk nama benda yang menjadi komponen penting dalam ritual ini. Tabuik berjumlah dua buah dan terbuat dari bambu serta kayu. Bentuknya berupa binatang berbadan kuda, berkepala manusia, yang tegap dan bersayap. Oleh umatIslam, binatang ini disebut Buraq dan dianggap sebagai binatang gaib. Di punggung Tabuik, dibuat sebuah tonggak setinggi sekitar 15 m. Tabuik kemudian dihiasi dengan warna merah dan warna lainnya dan akan di arak nantinya.
2. Makepung, Balap Kerbau Masyarakat Bali.
Kalau
Madura punya Kerapan Sapi, maka Bali memiliki Makepung. Dua tradisi
yang serupa tapi tak sama, namun menjadi tontonan unik yang segar
sekaligus menghibur. yang dalam bahasa Indonesia berarti
berkejar-kejaran, adalah tradisi berupa lomba pacu kerbau yang telah
lama melekat pada masyarakat Bali, khususnya di Kabupaten Jembrana.
Tradisi ini awalnya hanyalah permainan para petani yang dilakukan di sela-sela kegiatan membajak sawah di musim panen. Kala itu, mereka saling beradu cepat dengan memacu kerbau yang dikaitkan pada sebuah gerobak dan dikendalikan oleh seorang joki.
Makin
lama, kegiatan yang semula iseng itu pun berkembang dan makin diminati
banyak kalangan. Kini, Makepung telah menjadi salah satu atraksi
budaya yang paling menarik dan banyak ditonton oleh wisatawan termasuk
para turis asing. Tak hanya itu, lomba pacu kerbau inipun telah menjadi
agenda tahunan wisata di Bali dan dikelola secara profesionalSekarang
ini, Makepung tidak hanya diikuti oleh kalangan petani saja.
Para pegawai dan pengusaha dari kota pun banyak yang menjadi peserta maupun supporter. Apalagi, dalam sebuah pertarungan besar, Gubernur Cup misalnya, peserta Makepung yang hadir bisa mencapai sekitar 300 pasang kerbau atau bahkan lebih. Suasana pun menjadi sangat meriah dengan hadirnya para pemusik jegog(gamelan khas Bali yang terbuat dari bambu) untuk menyemarakkan suasana lomba.
3. Atraksi Debus Banten
Atraksi
yang sangat berbahaya yang biasa kita kenal dengan sebutan Debus,
Konon kesenian bela diri debus berasal dari daerah al Madad. Semakin
lama seni bela diri ini makin berkembang dan tumbuh besar disemua
kalangan masyarakat banten sebagai seni hiburan untuk masyarakat.
Inti pertunjukan masih sangat kental gerakan silat atau beladiri dan penggunaan senjata. Kesenian debus banten ini banyak menggunakan dan memfokuskan di kekebalan seseorang pemain terhadap serangan benda tajam, dan semacam senjata tajam ini disebut dengan debus.
Kesenian
ini tumbuh dan berkembang sejak ratusan tahun yang lalu, bersamaan
dengan berkembangnya agama islam di Banten. Pada awalnya kesenian ini
mempunyai fungsi sebagai penyebaran agama, namun pada masa penjajahan
belanda dan pada saat pemerintahan Sultan Agung Tirtayasa. Seni
beladiri ini digunakan untuk membangkitkan semangat pejuang dan rakyat
banten melawan penjajahan yang dilakukan belanda. Karena pada saat itu
kekuatan sangat tidak berimbang, belanda yang mempunyai senjata yang
sangat lengkap dan canggih.
Terus mendesak pejuang dan rakyat banten, satu satunya senjata yang mereka punya tidak lain adalah warisan leluhur yaitu seni beladiri debus.
4. Karapan sapi Masyarakat Madura Jawa Timur
Karapan
sapi yang merupakan perlombaan pacuan sapi yang berasal dari Madura
Jawa Timur, Dalam even karapan sapi para penonton tidak hanya disuguhi
adu cepat sapi dan ketangkasan para jokinya, tetapi sebelum memulai
para pemilik biasanya melakukan ritual arak-arakan sapi disekelilingi
pacuan disertai alat musik seronen perpaduan alat music khas Madura
sehingga membuat acara ini menjadi semakin meriah.
Panjang
rute lintasan karapan sapi tersebut antara 180 sampai dengan 200
meter, yang dapat ditempuh dalam waktu 14 sd 18 detik. Tentu sangat
cepat kecepatan sapi – sapi tersebut, selain kelihaian joki terkadang
bamboo yang digunakan untuk menginjak sang joki melayang diudara karena
cepatnya kecepatan sapi sapi tersebut.
Untuk memperoleh dan menambah kecepatan laju sapi tersebut sang joki, pangkal ekor sapi dipasangi sabuk yang terdapat penuh paku yang tajam dan sang joki melecutkan cambuknya yang juga diberi duri tajam kearah bokong sapi. Tentu saja luka ini akan membuat sapi berlari lebih kencang, tetapi juga menimbulkan luka disekitar pantat sapi.
Jarak pemenang terkadang selisih sangat tipis, bahkan tidak jarang hanya berjarak 1 sd 2 detik saja. Karapan Sapi dimadura merupakan pagelaran yang sangat unik, selain sudah diwarisi secara turun menurun tradisi ini juga terjaga sampai sekarang. Even ini dijadikan sebagai even pariwisata di Indonesia, dan tidak hanya turis local dari mancanegara pun banyak yang menyaksikan karapan sapi ini.
5. Upacara Kasada Bromo
Upacara
Kasada bromo dilakukan oleh masyarakat Tengger yang bermukim di Gunung
Bromo Jawa Timur, mereka melakukan ritual ini untuk mengangkat seorang
Tabib atau dukun disetiap desa. Agar mereka dapat diangkat oleh para
tetua adat, mereka harus bisa mengamalkan dan menghafal mantera
mantera.
Beberapa hari sebelum Upacara Kasada bromo dimulai, mereka mengerjakan sesaji sesaji yang nantinya akan dilemparkan ke Kawah Gunung Bromo. Pada malam ke 14 bulan Kasada Masyarakat tengger berbondong bondong dengan membawa ongkek yang berisi sesaji dari berbagai macam hasil pertanian dan ternak. Lalu mereka membawanya ke Pura dan sambil menunggu Dukun sepuh yang dihormati datang mereka kembali menghafal dan melafalkan mantera, tepat tengah malam diadakan pelantikan dukun dan pemberkatan umat dipoten lautan pasir gunung bromo.
Bagi masyarakat Tengger, peranan Dukun adalah sangat penting. Karena mereka bertugas memimpin acara – acara ritual, perkawinan dll.
Sebelum lulus mereka diwajibkan lulus ujian dengan cara menghafal dan lancar dalam membaca mantra mantra. Setelah Upacara selesai, ongkek – ongkek yang berisi sesaji dibawa dari kaki gunung bromo ke atas kawah. Dan mereka melemparkan kedalam kawah, sebagai simbol pengorbanan yang dilakukan oleh nenek moyang mereka. Didalam kawah banyak terdapat pengemis dan penduduk tengger yang tinggal dipedalaman, mereka jauh jauh hari datang ke gunung bromo dan mendirikan tempat tinggal dikawah gunung Bromo dengan harapan mereka mendapatkan sesaji yang dilempar.
Penduduk yang melempar sesaji berbagai macam buah buahan dan hasil ternak, mereka menganggapnya sebagai kaul atau terima kasih mereka terhadap tuhan atas hasil ternak dan pertanian yang melimpah. Aktivitas penduduk tengger pedalaman yang berada dikawah gunung bromo.
Konon, Tabuik dibawa oleh penganut Syiah dari timur tengah ke Pariaman, sebagai peringatan perang Karbala. Upacara ini juga sebagai simbol dan bentuk ekspresi rasa duka yang mendalam dan rasa hormat umat Islam di Pariaman terhadap cucu Nabi Muhammad SAW itu. Karena kemeriahan dan keunikan dalam setiap pagelarannya, Pemda setempat pun kemudian memasukkan upacara Tabuik dalam agenda wisata Sumatera Barat dan digelar setiap tahun.
Selain sebagai nama upacara, Tabuik juga disematkan untuk nama benda yang menjadi komponen penting dalam ritual ini. Tabuik berjumlah dua buah dan terbuat dari bambu serta kayu. Bentuknya berupa binatang berbadan kuda, berkepala manusia, yang tegap dan bersayap. Oleh umatIslam, binatang ini disebut Buraq dan dianggap sebagai binatang gaib. Di punggung Tabuik, dibuat sebuah tonggak setinggi sekitar 15 m. Tabuik kemudian dihiasi dengan warna merah dan warna lainnya dan akan di arak nantinya.
2. Makepung, Balap Kerbau Masyarakat Bali.
Tradisi ini awalnya hanyalah permainan para petani yang dilakukan di sela-sela kegiatan membajak sawah di musim panen. Kala itu, mereka saling beradu cepat dengan memacu kerbau yang dikaitkan pada sebuah gerobak dan dikendalikan oleh seorang joki.
Para pegawai dan pengusaha dari kota pun banyak yang menjadi peserta maupun supporter. Apalagi, dalam sebuah pertarungan besar, Gubernur Cup misalnya, peserta Makepung yang hadir bisa mencapai sekitar 300 pasang kerbau atau bahkan lebih. Suasana pun menjadi sangat meriah dengan hadirnya para pemusik jegog(gamelan khas Bali yang terbuat dari bambu) untuk menyemarakkan suasana lomba.
3. Atraksi Debus Banten
Inti pertunjukan masih sangat kental gerakan silat atau beladiri dan penggunaan senjata. Kesenian debus banten ini banyak menggunakan dan memfokuskan di kekebalan seseorang pemain terhadap serangan benda tajam, dan semacam senjata tajam ini disebut dengan debus.
Terus mendesak pejuang dan rakyat banten, satu satunya senjata yang mereka punya tidak lain adalah warisan leluhur yaitu seni beladiri debus.
4. Karapan sapi Masyarakat Madura Jawa Timur
Untuk memperoleh dan menambah kecepatan laju sapi tersebut sang joki, pangkal ekor sapi dipasangi sabuk yang terdapat penuh paku yang tajam dan sang joki melecutkan cambuknya yang juga diberi duri tajam kearah bokong sapi. Tentu saja luka ini akan membuat sapi berlari lebih kencang, tetapi juga menimbulkan luka disekitar pantat sapi.
Jarak pemenang terkadang selisih sangat tipis, bahkan tidak jarang hanya berjarak 1 sd 2 detik saja. Karapan Sapi dimadura merupakan pagelaran yang sangat unik, selain sudah diwarisi secara turun menurun tradisi ini juga terjaga sampai sekarang. Even ini dijadikan sebagai even pariwisata di Indonesia, dan tidak hanya turis local dari mancanegara pun banyak yang menyaksikan karapan sapi ini.
5. Upacara Kasada Bromo
Beberapa hari sebelum Upacara Kasada bromo dimulai, mereka mengerjakan sesaji sesaji yang nantinya akan dilemparkan ke Kawah Gunung Bromo. Pada malam ke 14 bulan Kasada Masyarakat tengger berbondong bondong dengan membawa ongkek yang berisi sesaji dari berbagai macam hasil pertanian dan ternak. Lalu mereka membawanya ke Pura dan sambil menunggu Dukun sepuh yang dihormati datang mereka kembali menghafal dan melafalkan mantera, tepat tengah malam diadakan pelantikan dukun dan pemberkatan umat dipoten lautan pasir gunung bromo.
Bagi masyarakat Tengger, peranan Dukun adalah sangat penting. Karena mereka bertugas memimpin acara – acara ritual, perkawinan dll.
Sebelum lulus mereka diwajibkan lulus ujian dengan cara menghafal dan lancar dalam membaca mantra mantra. Setelah Upacara selesai, ongkek – ongkek yang berisi sesaji dibawa dari kaki gunung bromo ke atas kawah. Dan mereka melemparkan kedalam kawah, sebagai simbol pengorbanan yang dilakukan oleh nenek moyang mereka. Didalam kawah banyak terdapat pengemis dan penduduk tengger yang tinggal dipedalaman, mereka jauh jauh hari datang ke gunung bromo dan mendirikan tempat tinggal dikawah gunung Bromo dengan harapan mereka mendapatkan sesaji yang dilempar.
Penduduk yang melempar sesaji berbagai macam buah buahan dan hasil ternak, mereka menganggapnya sebagai kaul atau terima kasih mereka terhadap tuhan atas hasil ternak dan pertanian yang melimpah. Aktivitas penduduk tengger pedalaman yang berada dikawah gunung bromo.
Langganan:
Postingan (Atom)